Senin, 28 Juli 2008

[OC Guide] Overclocking DDR2 A-Data


Karena banyaknya pertanyaan tentang cara mengoverclock memory khususnya A-Data, disini saya buka thread baru untuk lebih memudahkan overclocking memory khususnya A-Data. OC Guide ini hanya merupakan dasar dalam overclocking RAM,
Dalam menyebut timing RAM banyak sederetan angka-angka seperti : 4-4-4-12 atau 3-3-3-8 dan sebagainya.
User awam akan kebingungan dalam hal ini. Oleh sebab itu thread ini sedikit menjelaskan fungsi dari tiap-tiap angka tersebut. Pada umumnya urutan timing di atas merupakan urutan dari tCL-tRCD-tRP-tRAS
Empat item inilah yang sering disebut main timing / timing utama (timing dasar).



Timing Dasar Memori :

CAS Latency (tCL) Timing
CAS Latency adalah :
adalah jeda / delay pada proses siklus CAS (Column Address Strobe) atau biasa juga disebut Column Address Select yaitu sebuah kontrol yang mengatur terhadap banyaknya waktu yang diperlukan dalam sebuah siklus (cycle) untuk mengirim perintah membaca dan mengeksekusinya. Sedangkan latency adalah jeda antara proses dari awal CAS hingga akhir CAS. Jadi semakin cepat sebuah siklus CAS ini berakhir berarti data yang bisa diproses juga semakin cepat selesai dan hal ini akan meningkatkan performa memori dan system secara keseluruhan.
contoh : 4-5-5-15 Angka "4" (bold) adalah CAS timing.
tRCD Timing
tRCD singkatan dari RAS to CAS Delay (Row Address Strobe/Select to Column Address Strobe/Select). Merupakan prosess untuk memberikan satu perintah aktif (active command) dan perintah baca/tulis (read/write commands). Sedangkan tRCD merupakan waktu yang dibutuhkan pada satu siklus RAS to CAS tersebut
contoh :4-5-5-15 Angka "5" (bold) merupakan tRCD timing.
tRP Timing
merupakan singkatan dari Row Precharge Time yaitu waktu minimum antara perintah aktif (active command) dan perintah baca/tulis (read and write command) pada bank selanjutnya dari modul memori.
contoh :4-5-5-15 Angka "5" (bold) adalah tRP timing.
tRAS Timing
tRAS adalah sebuah angka putaran clock yang diambil berdasarkan perintah aktif dari setiap bank memori dan memberikan precharge sebelum dinonaktifkan.
RAS Active Time adalah banyaknya waktu yang diperlukan sebuah baris diaktifkan lewat precharge command dan selanjutnya dinonaktifkan. Sebuah baris tidak dapat dinonaktifkan sebelum tRAS selesai. Semakin rendah tRAS, semakin cepat performa memori, tetapi jika diset terlalu rendah, akan menyebabkan adanya data yang terpotong (data corruption) karena menonaktifkan baris terlalu cepat sebelum proses RAS selesai.

Ada rumus umum dalam penentuan tRAS yaitu sebagai berikut :
tRAS = tCL + tRCD + tRP (+/- 1) rumus ini menggambarkan bahwa dibutuhkan waktu yang tepat sebelum menutup bank memori.
Terlihat bahwa semua main timing (CL, tRCD, tRD) memberikan andil terhadap penentuan tRAS
contoh :4-5-5-15 Angka "15" (bold) adalah tRAS timing.
(Angka 4-5-5-15 hanyalah contoh dari timing memory dasar utama)

Dari contoh diatas terdapat 4 (empat) timing yang terdapat dalam sebuah modul memori. Urutannya adalah CAS-tRCD-tRP-tRAS. Semakin rendah timing ini, semakin tinggi performa dari sebuah modul memory, namun juga akan menimbulkan instability pada sistem apabila diset terlalu rendah (ketat).

Beberapa merek dan seri memori tertentu yang pada umumnya memiliki harga lebih tinggi dibanding rata-rata RAM, dapat diset pada timing yang jauh lebih rendah (istilah umumnya : ketat "tight") ataupun pada speed (baca : frekuensi) yang tinggi
Timing dan frekuensi tersebut dapat diset langsung dari motherboards maupun dengan menggunakan software 3rd party under windows seperti : memset, CBID (Central Brain Indentifier), AOD (AMD Overdrive), setfsb, clockgen dan lain-lain.

Namun demikian, settingan lengkap pada memory tidak akan ditemui pada semua board. Hanya board-board khusus untuk kalangan enthusiast saja yang memiliki opsi yang sangat detil untuk pengoptimalan timing memori.

Beberapa contoh board yang memilki setting memory cukup lengkap :
- DFI LanParty+Infinity series
- Biostar TForce series
- ASUS Maximus / Blitz series
- Gigabyte DQ6 series
- Foxconn MARS series


Timing RAM yang lain (biasa disebut alpha timing) merupakan timing yang hanya bisa ditemukan pada board-board yang khusus untuk overclocking. Berikut beberapa timing alpha yang umum ditemukan :
  • Command Rate: Istilah lainnya adalah CPC (Command Per Clock). Yaitu jumlah waktu dalam satu siklus pada saat penentuan pemilihan chip dan perintah dapat dijalankan. Semakin rendah Command Rate (misal : 1T) maka performa akan lebih meningkat namun instability pada system akan semakin besar, Oleh sebab itu 2T is digunakan untuk menjaga stabilitas sistem.
  • tRC Timing: Row Cycle Time. adalah waktu terpendek dalam sebuah siklus dalam sebuah baris untuk menyelesaikan sebuah siklus penuh. Pada umumnya bisa dicari dengan menjumlahkan antara tRAS dan tRP (rumus : tRC = tRAS + tRP). Kalau diset terlalu pendek akan menyebabkan data corrupt sedangkan kalo terset terlalu longgar (tinggi) akan menyebabkan penurunan performa dan peningkatan stability.
  • tRRD Timing: Row to Row Delay or RAS to RAS Delay. Adalah jumlah siklus yang dibutuhkan untuk mengaktifkan bank memory selanjutnya. tRRD merupakan lawan dari tRAS. Semakin ketat timing akan semakin meningkatkan performa, tapi akan menyebabkan instability.
  • tRFC Timing: Row Refresh Cycle Timing. Merupakan jumlah siklus untuk merefresh sebuah baris dalam sebuah memory bank. Kalo value ini diset terlalu rendah dapat menyebabkan data corruption, dan bila diset terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan performa, tetapi akan meningkatkan stability.
  • tRW Timing: Write Recovery Time. Adalah jumlah siklus yang dibutuhkan setelah proses precharge dan proses penulisan valid. Value ini untuk memastikan data telah ditulis dengan tepat.
  • tRTW/tRWT Timing: Read to Write Delay. Pada saat perintah penulisan diterima, nilai ini menentukan besarnya siklus yang diperlukan untuk menjalankan perintah tersebut.
  • tWTR Timing: Write to Read Delay. Yaitu jumlah siklus yang diperlukan antara perintah penulisan yang valid (valid write command) dan perintah penulisan selanjutnya. Semakin rendah ajan meningkatkan performa namun dapat menyebabkan instability.
  • tREF Timing: Waktu yang diperlukan sebelum content direfreshed sehingga tidak akan kehilangan data dan bisa menyebabkan corrupt. Dihitung dalam satuan micro-seconds (µsec).
Timing-timing tersebut di atas sering disebut sebagai timing alfa, dan jarang ditemukan pada board-board kelas lowend atau board yang tidak difungsikan sebagai board overclocker. Namun demikian tidak perlu khawatir karena dengan menggunakan program memset for windows semua opsi di atas bisa diakses langsung dari windows. Untuk mendapatkan program memset bisa didownload disini




TIME TO TRY!!

Setelah mengetahui masing-masing fungsi dari timing tersebut di atas, langkah selanjutnya adalah mencoba!!
Khusus untuk A-Data DDR2 secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kategori besar yaitu : Extreme Edition dan Value
Extreme Edition termasuk di dalamnya adalah PLUS series, G series dan X series.
Dari seri EE ini bisa dibagi berdasarkan karakteristik OC nya (dalam hal ini chipsetnya)
Adata EE 667+ dan 800+ menggunakan chipset bersablon A-Data (diduga Elpida / Promos)
Adata EE 800X, 1000+, 1066+ dan 1200+ menggunakan chipset keluaran Micron Technology, pada umumnya chipsetnya adalah Micron D9 GMH dan (beberapa) D9 GKX.

Perlakuan terhadap chipset yang berbeda juga akan berbeda terutama untuk timing dan vdimm.

Sebelum melangkah terhadap step overclocking, perlu ditegaskan bahwa pencapaian frekuensi pada setiap sistem akan berbeda. Hal ini sangat tergantung kepada motherboard yang digunakan, environment penggunaan, serta sistem yang digunakan.

AMD


Pada sistem AMD, pencapaian frekuensi tinggi selain board yang bagus juga SANGAT ditentukan oleh processor yang digunakan. AMD K8 (ex: Brisbane) memiliki controller memory yang rata-rata lebih buruk dibandingkan dengan AMD K10 (ex: Phenom). Hal ini sangat mempengaruhi hasil akhir dalam overclocking RAM tersebut. Jangan heran apabila RAM mentok di kisaran frekuensi tertentu pada sistem K8 tapi bisa lebih meningkat pada sistem K10 atau sistem Intel.

Selain itu proses overclocking RAM pada AMD juga SANGAT ditentukan oleh seberapa besar prosesor tersebut mampu dioverclock. Hal ini dikarenakan pada prosesor AMD frekuensi RAM ditentukan oleh clock prosesor. Tidak seperti Intel yang masih menggunakan teknologi FSB, AMD telah menggunakan teknologi HTT dan memory controller yang terintegrasi pada processor, sehingga untuk bisa mengoverclock RAM, prosesor harus dilakukan overclocking juga.

Sebagai contoh sistem AMD dengan speed default 2000MHz (200x10) memiliki frekuensi RAM default di 285MHz bila menggunakan divider 533 sedangkan apabila menggunakan divider 800 maka RAM akan berjalan pada CPU/5 atau 400MHz
Untuk bisa mendapatkan frekuensi 500MHz pada RAM (DDR 1000) , maka CPU harus dioverclock minimal sebesar 2500MHz, sehingga akan didapatkan hasil 2500/5 = 500MHz.
Clock sebesar tersebut (2.5GHz) merupakan clock minimum yang memungkinkan RAM untuk berjalan di 500MHz (DDR 1000). Hal tersebut karena faktor pembagi terkecil di AMD adalah 5 yang didapat dengan mengeset divider di BIOS motherboard pada DDR800.

Oleh karena itu, untuk bisa reach frekuensi RAM yang tinggi diperlukan total clock yang tinggi pula pada system AMD. Jadi bagi para pemilik sistem AMD pastikan processor anda memiliki kemampuan untuk berlari pada clock minimum yang diperlukan agar RAM bisa berjalan pada frekuensi yang dikehendaki.



INTEL


Sistem Intel jauh lebih mudah dalam hal overclocking RAM dibandingkan dengan AMD. Minimal handycap pada clock processor dapat lebih diminimalisir pada Intel. Namun demikian, tidak semua system Intel pasti akan mudah dilakukan overclocking pada RAM. Dari generasi ke generasi chipset Intel dan NVidia (untuk Intel) semakin baik dalam hal memory controller. Oleh sebab itu pencapaian memory pada chipset Intel yang berbeda hasilnya juga tidak akan sama.
Chipset Intel lama seperti 945 dan 965 memiliki memory controller yang lebih jelek dibandingkan dengan memory controller pada chipset-chipset Intel terbaru seperti P35 dan X38 / X48. Hal yang wajar bila RAM bisa berlari lebih tinggi di chipset-chipset terbaru tersebut.


STEP BY STEP OC

Pada test kali ini, digunakan modul memory ADATA 1066+ dan mobo DFI P35 Blood Iron

1. Tentukan Target

Pertama kali tentukan target seberapa tinggi frekuensi RAM yang akan kita jalankan. Hal ini bisa diset di BIOS pada motherboard-mother board yang bagus.
Untuk percobaan awal, RAM perlu kita lihat apakah mampu berjalan pada speed standar JDEC tertinggi (PC 6400 timing 5-5-5-15). Oleh karena itu RAM kita set pada frekuensi 400 (DDR2 800). Pada system yang digunakan ini, RAM diset pada timing 4-4-4-12 dengan vdimm default



2. INITIAL TEST

Apabila ternyata bisa masuk windows, kita lakukan tes awal terlebih dahulu dengan tes-tes ringan seperti Superpi1M maupun Everest memory benchmark.



Hal ini bertujuan agar tidak membuang waktu berlama-lama berkutat pada setting tertentu. Bila initial tes lolos silakan naikkan lagi frekuensi RAM tersebut. Pada kasus ini RAM dicoba untuk lari di frekuensi 500 dengan timing 5-5-5-15. Pada chipset P35 mengubah frekuensi RAM semudah mengubah gigi persnelling pada mobil. Tinggal mengubah divider dari 1:1 ke 4:5 dodapatkan frekuensi DRAM sebesar 500 (DDR 1000). Untuk mencapai setting tersebut diperlukan tambahan vdimm ke 2.0v karena pada vdimm default sistem mengalami crash pada saat dilakukam initial test. Setelah berhasil masuk windows, seperti sebelumnya kemudian dilakukan initial tes lagi..



Sebagai overclocker, tentu pencapaian sedemikian tidak membuat kita puas, target selanjutnya adalah berjalan pada timing ketat di FSB 500 tersebut. Yaitu 4-4-4-12 di 500 (DDR 1000) Untuk mencapai hal tersebut vdimm harus dinaikkan ke 2.2v



Setelah 500 CL 4 terlewati, target berikutnya adalah 550 (DDR 1100) CL 4. Kali ini digunakan divider 2:3, sehingga memaksa speed CPU menjadi sedikit turun. Untuk mencapai speed setinggi itu dan timing yang seketat itu, vdimm harus dinaikkan ke 2.4v.
Sama seperti metode di atas, setelah masuk windows kita tinggal melakukan initial test terlebih dahulu




Begitu seterusnya sampai dengan suatu saat sistem mengalami :
- gagal booting
- hang / freeze
- random restart
- initial test tidak berhasil

Berarti sistem mengalami gejala instabilitas. Oleh sebab itu diperlukan beberapa effort sebagai berikut :
- menurunkan frekuensi
- menaikkan vdimm
- melonggarkan timing
- menaikkan NB voltage
- ganti ke NB strap yang lebih longgar (ex: dari 266 ke 333)
- pada system AMD, naikkan vcore dan vLDT

Namun apabila dengan effort di atas tetap tidak menyelesaikan masalah berarti ;
- RAM sudah mencapai titik overclock maksimal
- motherboard tidak mampu menghandle frekuensi setinggi itu
- pada system AMD, clock processor sudah mencapai batas maksimum'
- divider memory tertentu ada yang tidak berjalan maksimal


3. LONG TEST / STABILITY TEST

Setelah dicapai suatu frekuensi dari target yang kita tetapkan tadi, dan telah dilakukan initial test, tahap selanjutnya adalah melakukan torture test / test dengan durasi yang jauh lebih panjang untuk memastikan sistem tersebut telah benar-benar stabil.
Beberapa software yang biasa digunakan untuk tes seperti ini adalah :
- Dual/Quad Superpi 32M
- Dual / Single Prime Orthos
- Memtest for DOS+windows
- OCCT test
- 3DMARK 2006 CPU test

Long test bisa dilakukan sampai berhari-hari. RAM yang sering ditorture test juga akan mengalami peningkatan performa. Namun demikian diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan apabila melakukan long time test/long time torture seperti ini :
1. perhatikan suhu di sekitar RAM.. suhu yang terlalu panas akan menyebabkan RAM lebih cepat mengalami error/failure
2. vdimm yang terlalu tinggi akan menyebabkan RAM akan panas, dan mengurangi lifespan nya
3. sangat disarankan menggunakan active cooling pada saat overclocking RAM
4. vdimm yang aman dan disarankan untuk daily usage pada chipset Micron maksimal 2.4v sedangkan untuk chipset non Micron 2.2v dengan active cooling. Sedangkan kalo passive cooling jangan lebih tinggi dari 2.1v untuk semua chipset

Tidak ada komentar: